Pages

Sayang

Sayang

Bukan aku tak percaya padamu, hanya saja bibir ini kelu saat kata-kata sudah dipangkal lidah.
Sayang
Mana mungkin aku tak percaya pada orang yang aku kasihi dan sayangi?
Aku percaya padamu, sama halnya aku percaya pada takdir yang menuntun kita untuk ikhlas menjalaninya.
Sayang
Maafkan aku, sungguh aku tak berniat untuk membuat kalut pikiranmu. Namun aku tak pernah kuat menahan gejolak hati ini.
Sayang
Sangat sulit untuk mengungkapkan semua yang ada dalam hati dan pikiranku, namun kali ini aku akan berusaha merangkai kata-kata, walaupun tak seindah para penyair . Dan air mata ini menetes dengan derasnya, tak mampu aku membendungnya, kelopak ini perih dan panas, setelah sekian lama aku mampu membendungnya, namun kali ini aku benar-benar tak mampu menahan perihnya batin ini.  Aku berharap kamu mengerti kenapa sikapku berubah, kenapa harus menangis dan kenapa aku tak bisa berucap.
Sayang
Bahagia kudapati saat aku lalui hari-hari ini bersamamu, langit begitu terang, udara begitu wangi, dunia menjadi damai dan terang. Ketika dekat denganmu aku merasa teduh, nyaman, tentram. Inikah cinta? Aku tak tahu, mungkin aku terlalu lebay. Yang jelas aku mengangumimu, memujimu, dan mengharapkan selalu bersamamu.
Kakakku sayang sanggup membuatku menangis, meskipun aku di tengah kebahagiaan. Kakak sanggup membuatku tersenyum, meskipun aku sedang tertatih menahan perih. Kakak yang membuat aku rindu ketika aku baru saja berpisah dari pertemuan kita. Kakak yang sanggup membuat aku tersungkur, membuatku kehilangan semangat ketika aku harus berpisah dan tak ada kabar darimu.
Belum pernah aku ungkapkan perasaan ini, karena takut semua ini berlebihan. Yang jelas dan pasti aku menyanyangimu. Tak tahu sayang seorang sahabat, atau adik, sayang kekasih atau mantan kekasih, sayang sekedar sayang tanpa tahu maknanya.
Sayang
Waktu menjelma kenangan, janji-janji menyepuh pusaka hati. memapah hidup yang tanpamu. Hidup dalam kesendirian. Sendiri di kamar mengingat-ingat aura wajahmu yang menawan. Hingga saat ini aku masih mencintaimu. Kau harus tahu, bahwa aku masih suka menulis tentang cinta dan rindu untukmu, atau surat cinta yang biasa aku titipkan angin yang tiba-tiba membalut tubuhku. Dan aku masih ingat dan faham puisi pertama yang kau tulis untukku. Puisi berjudul “Sepulang Mengantarmu”.
Sayang
Mana mungkin aku kuat menjalani hari-hari seperti ini, saat aku sadar masih bersamamu dan mungkin esok aku bersama yang lain. Tak semudah membalikkan telapak tangan untuk bisa sepenuhnya menyanyanginya dan mencintainya. Jujur saja, dalam setiap detik kesadaranku telah mencoba hentikan rasa ini. menggeser mu dari raga dan hatiku. Dan tak pernah aku mengerti, justru rasa itu selalu datang dengan harapan baru sambil menggenggam erat tanganku, seolah-olah tak ingin aku lepas. Oh Tuhan, bagaimana aku menjalani semua ini???
Sayang
Mungkin tulisan ini tak berinti. Yang jelas aku takut menghadapi hari esok, saat aku sadar bahwa kebarsamaan kita tlah usai. Dan perpisahanlah yang terjadi. :’(
Sayang
Bayangan itu mengahantui setiap hariku, yang menjadikan air mata menganak sungai, yang menjadikan bibir ini mahal mengembang  dan yang menjadikan aku slalu merasa tak pernah ada orang yang bisa mengerti.
Keputusan tersulit yang harus aku buat adalah ketika aku terlalu lelah untuk bertahan. Tetapi aku terlalu sakit untuk melepaskan.

Kamar Hatiku, 18 Oktober 2013


0 komentar:

Posting Komentar