Pages

Rindu Rasulullah



Rasulullah dalam mengenangmu, kami susuri lembaran sirahmu. Pahit getir perjuanganmu membawa cahaya kebenaran. Engkau taburkan pengorbananmu untuk umatmu yang tercinta. Tak terjangkau tinggi pekertimu, tidak tergambar indahnya akhlakmu, tidak terbalas segala jasamu. Sesungguhnya engkau rosul mulia. Tabahnya hatimu menempuh dugaan mengejar arti kesabaran, menjulang panji kemenangan, terukir namamu di dalam Al-Qur’an. Rasulullah… kami umatmu walau tak pernah melihat wajahmu kami mencoba mengingatmu dan kami coba mengamal sunnahmu. Kami sambung berjuanganmu  walau tak pernah bersua tapi kami tak pernah kecewa Allah dan Rasul menjadi pembela.

 Baginda Rasul tercinta, shalawat dan salam kami sanjungkan. Sudah lama sekali hati ini kering kerontang, sepertinya kemarau masih agak panjang, isyarat alam belum tampak jelas, mendungpun tak menandakan hujan. Semilir angin bukan lagi tanda peruban musim dari kemarau menuju penghujan. Langit petang berselimut awan tebal menggumpal-gumpal di atas langit sana, pertanda apakah sesungguhnya. Alam jagat raya tak mau lagi mengumbar senyum menawan, entah geram atau sudah bukan sahabat sejati, jika ini yang harus kualami, hati ini akan terus sakit kembali, sampai kapankah kau datang menghampiri, membawa secawan air suci, membacakan madah kemuliaan haqiqi, dari pojok sanubari, kami berharap kau dapat bersenandung lagi, menyimpulkan kegelisan ini menjadi pembangkit nurani, menengadahkan wajah, menatap asa, seraya berucap kata: wahwa bil ufuqil a'la shallallahu alaihi wa alihi wa shahbihi wa sallam. Selamat memperingati isra' dan mi'raj nabi Muhammad shalatullah.

Dalam Sejarah Islam tercatat, bahwa ada peristiwa penting yang terjadi di bulan Rajab ini, yaitu peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad saw. Peristiwa ini telah mengguncang akidah sebagian besar kaum muslimin pada waktu itu, karena kejadian ini merupakan kejadian yang tidak masuk akal dan perkara yang mustahil terjadi serta tidak bisa diterima dengan logika manusia pada waktu itu. Orang-orang kafir Quraisy beranggapan, bahwa mana mungkin perjalanan Isra dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsha ditempuh dalam waktu singkat. Padahal pada masa itu perjalanan sejauh itu membutuhkan waktu kurang lebih satu bulan. Terlebih lagi perjalanan mi’raj dari masjidil Aqsha ke langit ke tujuh hingga ke sidratul muntaha, bagi mereka merupakan hal yang mustahil, dan tidak masuk akal.

Sebagaimana kebiasaan mayoritas umat islam setiap datang bulan Rajab mulai tanggal 1 sampai dengan tanggal 27 Rajab, gegap gempita kita memperingati Isra Mi'raj. Secara lahiriah memang meriah dan terlihat nyata syiar Islam kita. Itu juga bisa menjadi salah satu cara untuk menyatukan umat islam. Melihat islam di Indonesia sendiri sudah berpecah belah, di sana sini saling menyalahkan satu sama lain. Merasa dirinya paling benar sendiri. Namun yang lebih penting adalah hendaknya kita bisa memaknai peringatan Isra Mi'raj ini dengan semakin tawadu' dan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Meningkatkan kualitas Shalat kita, meningkatkan iman dan kepekaan sosial kita.

Banyak hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa isra’ mi’raj. Tergantung dari sisi mana kita melihat peristiwa itu. Meskipun inti pesan utamanya adalah perintah untuk mendirikan sholat, akan tetapi banyak hal yang bisa kita petik dan teladani dari sifat dan perbuatan baginda Rasul. Semoga kita semua menjadi umat Nabi Mahammad yang baik, bersama-sama Beliau kelak di firdaus. amin


Yogyakarta, 1 Rajab 1434 H

Ketegaran Ayah




“Di pangkuannya, aku menemukan ketegaran dan kekuatan dalam keputusasaan" 


Langit berselimut mendung, rembulan menampakkan cahaya temaram, malam itu adalah malam yang kurang menguntungkan bagi keluarga ku, rajutan cinta kasih sayang yang sudah lama ku sulam, kala itu harus terkoyak bagai selembar sutera yang terbakar, entah firasat apa yang aku rasa tentang kenyataan itu. Bahkan saat ibunda tercinta sudah terbaring lemah di salah satu kamar flamboyan, kami masih bisa tersenyum bisa berkumpul bersama. Terbujur kaku, dingin kala di sentuh, terlihat kerut keningnya seakan tak rela penuhi panggilan-Nya, entahlah semua itu hanya cerita yang ku dengar dari saudara, ingin tak percaya namun semua nyata di hadapanku. Alam pun menangis ketika sesosok tubuh indah ku rangkul.  Ia yang ku suciikan dengan air mata.

Jangan karena hal itu maka menjadikan diri kita terlalu larut dalam kesedihan.
Dan menjadikan diri kita terus tenggelam dalam Kekecewaan yang teramat sangat. Melihat ketabahan Ayah menjadikan segalanya berubah. Aku harus lebih kuat dibandingkan ayahku, karena pada akhirnya anak-anak ayah yang akan menguatkan dan mendampingi sampai hari akhirnya.

Betapa sabar dan tabahnya ayah saat ini? hidup tanpa ada pendamping dalam menjalani kehidupannya, namun tak pernah ku temui beliau mengeluh apa lagi berputus asa dalam menapaki jalan duniawi ini. Aku tahu pasti beliau kesepian, dalam pekat malam tak  ada satu pun putra putrinya menemaninya, anak pertama yang sibuk dengan pekerjaannya, ihtiyar mendapatkan rizqi untuk menyambung hidup keluarga, anak kedua yang sudah berkeluarga tidak begitu peduli dengan kesepian ayah sibuk dengan istri keluarga kecilnya, anak yang ketiga pergi merantau demi kehidupan yang lebih baik, dan anak yang keempat, satu-satunya anak perempuan yang terlalu nekat melanjudkan pendidikan ke perguruan tinggi negeri di kota pendidikan meskipun tak ada jaminan dari keluarga untuk tetap membiayainya kuliah. Namun aku tahu Allah tidak tidur, Allah maha mengetahui segala yang terjadi.

Hidup yang seperti itu tetap baliau nikmati, tak pernah aku liat beliau meninggalkan sholatnya. Meski beliau tidak begitu banyak ilmu agamanya namun beliau selalu berusaha menjadi hamba yang taat kepada  penciptanya. Mungkin beliau ingin mempunyai pendamping baru, namun ternyata ayah tegar dan kuat untuk menjalaninya sendiri. entah kekuatan apa yang ayah punya. Ternyata aku masih lemah tak setegar ayah, di liat dari luar aku terliat tegar namun kenyataan berkata lain, hati ini rapuh.

Saat aku terseret jauh dalam kesedihan ayah selalu hadir. Anakku yang baik hati, sadarlah, dan ingatlah!, hidup adalah perjuangan dan pengorbanan, aku berusaha sadar dan menerima kenyataan dengan ikhlas dan penuh ketenangan jiwa, sungguh menjadi orang yang bersifat sabar tidaklah semudah yang pernah dahulu kala aku bayangkan sewaktu membaca teori-teori pengendalian emosi, apalagi seperti waktu menasihati orang lain. Tidak. Ayah yakin semua pasti ada hikmahnya, insya`allah, yakinlah, ia menutup kalam hikmahnya yang sembari beranjak meninggalkan tempat duduknya. Sekarang tenangkanlah fikiranmu dengan berdzikir dan bershalawat, ia lalu keluar menutup pintu kamar ku

Hari-hari ku berlalu tanpa memberi banyak arti, aku tahu semua itu adalah tahapan hidup yang harus ku lalui, semua manusia hampir mengalaminya, kesadaran ku muncul secara tiba-tiba, kini aku terobsesi untuk menemukan kesejatian diri, seperti kesejatian hidup yang dialami oleh ayah ayah ku, aku ingin menelusuri jejak imajinasinya, sambil terus berkonsentari meluruskan garis-garis bengkok kehidupan ku yang tampak malang melintang, dengan keinginan kuat dan ketabahan ku dalam menanti kesuksesan yang berkabut awan kesengsaraan itu, aku pun pasti akan  memetik hasil yang cukup memuaskan, sebuah prestasi besar; menguasai jiwa, sedikit demi sedikit, aku terus berusaha mengikuti jejak langkahnya dalam menata pagar hati serapi mungkin, diri ku bahkan hampir tak percaya, sepertinya aku sedang dalam angan-angan saja, adakah aku sedang berada dalam alam mimpi?! pertanyaan itu yang selalu muncul di benakku. Sesungguhnya aku sadar, bahwa aku berada dalam alam nyata. subhanallah, maha suci dzat yang memudahkan hambanya dalam mengikuti jejak langkah orang-orang yang diridlai-Nya dalam perkataan dan perbuatannya Itulah pergulatan jiwa ku yang sempat mewarnai kehidupan dalam mengawal kesejatian diri dan mengukuhkannya, percobaan untuk menemukan kesejahteraan dan kedamaian hidup, pernah ku percayakan pada materi, akal dan sekumpulan teori keilmuan yang ternyata tidak membawa efek keberuntungan yang hakiki, justru keberadaannya menjadikan aku jumud dan terpasung dalam keputusasaan serta kegalauan jiwa, dalam tafakkur ku waktu itu, dalam sembah sujud ku, dengan lantang aku mengadu, bersimpuh di atas sajadah kasih sayang Nya, menorehkan tinta sejarah hidup ku beberapa tahun lalu, mengabadikan tetes air mata ku dalam kekhusyu`an do`a pinta ku pada Nya, aku memohon ampun atas segala kesalahan masa lalu ku dalam menentukan jalan beragama dan berinteraksi antar sesama, aku keliru telah menuhankan sesuatu selain dzat Nya, "Ya Allah! jadikan aku seperti para hamba Mu yang engkau cintai karena ketulusannya dalam mengabdi, jadikan aku seperti petani yang ikhlas menanam padi di hamparan sawah Mu yang berlumpur, ia mencangkulnya sendiri, ia merawat dan memanennya untuk kesempurnaan dalam mengabdi pada Mu, ia menginfakkannya sebagian dari hasil panennya untuk para fakir miskin disekitarnya, ia petani yang berhati nurani suci, ia guru kehidupan yang sejati, ia bapak bangsa yang mendidik kemandirian dalam hidup ku, ia pribadi yang pantang menyerah, ialah yang melahirkan ayah ku, yang membimbingnya menjadi anak yang berbakti, darinya aku lahir membawa pesan inspirasi ini, dan kini aku sedang dalam proses mewujudkan impian besar sang inspirator asasi dalam hidup ku ini, untuk menjadi manusia yang tidak mudah putus asa dalam mewujudkan asa, bermanfa`at untuk agama, nusa dan bangsa, seperti ia ketika menanam padi, untuk kesejahteraan banyak orang, bukan hanya sekedar untuk kepentingan pribadi". Saat semua sudah berlalu, keputusasaan pun menyapa dalam hidup Aku seperti tak mampu menahan tangis haru, subhanallah "di pangkuan ayah , aku menemukan ketegaran dan kekuatan dalam keputusasaan" Akhirnya, Semoga Allah Swt. mengampuni dosanya dan nantinya kami dipertemukan dengan ibu di surga firdaus bersama orang-orang mulia, amin.



Yogyakarta, 10 Juni 2013



Cinta pun Membutuhkan Alasan




Kamu yakin ada kesetiaan di atas kulit Bumi ini? Entahlah. Suatu kali aku berhasrat untuk bercengkrama denganmu. Ah, maaf. Mungkin aku mengganggumu ( ? ).  Kerab kali aku ingin menjauh darimu, kau selalu memegang erat tanganku, apa maksudmu?. Sedang saat aku menikmati kebersamaan kita. Selalu saja kau bilang, “ Aku memcoba setia dengan masku disana. Memegang kepercayaannya.” Namun aku enggan menerima alasanmu yang berpegang pada ke-setia-an.

Sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku? Pernahkah kau berfikir betapa runtuh hati ini saat kau bilang ingin setia pada masmu, kau anggap aku ini apa? Bonekamu? Yang selalu mendengarkan ocehanmu tentang masmu itu. Mas yang sering kau bangga-banggakan di depanku. Sesekali kau tersenyum puas. Kau bilang lagi padaku “ Mas aku suka nasehat baikmu, aku suka senyumanmu, kebaikakanmu.”. semua itu kau artikan sebagai apa? Aku yang dari dulu mengagumimu sangat senang mendengar ucapanmu itu, berharap semua itu kau ucapkan dengan kesungguhan hati. Namun, semua itu hanya ucapan simpati belaka. hatimu tak pernah untukku. Benarkah???

Ratusan hari kita lalui hari bersama. Apakah semua ini tak ada artinya? Aku selalu mengganggap dirimu sebagai kekasih, namun aku tak pernah kau anggap ada. Tak hanya aku yang mengganggap kau sebagai kekasih, banyak orang yang kenal dengan kita, meggaanggap kau itu kekasihku, bukan sekedar teman biasa. Kemesraanmu di depan mereka yang menjadi bukti bahwa kau juga menyayangiku. Namun di waktu lain kau selalu mengelak kalau kau menyanyangiku. Kau bilang, kalau kau baik kepada siapa saja, tapi aku merasakan perbedaan yang jelas. Sentuhanmu sangat berbeda.

Aku pun harus tahu apa alasanmu selama ini bertahan denganku, dan sebenarnya aku mempunyai alasan tetap mempertahankanmu di sisiku, selalu di sisiku. Di sini cintaku ini pun membutuhkan alasan yang sesungguhnya darimu jika kau ingin tetap bersamaku. Namun sayangnya sampai saat ini kau tak pernah memberikan alasan kenapa kau mau menghabiskan hari-hari ini bersamaku. Cukup sampai di sini!

Entahlah, aku tak mengerti apa yang kamu mau. Tak kuasa aku menjalani cinta yang tak menentu. Aku putuskan untuk mundur, bukan berarti aku memutuskan persahabatn kita, namun kita sudahi sandiwara ini. Aku tahu kau tidak ingin menyakiti masmu, tapi sadarlah kau telah menyakitiku selama ini. Biarkan semua berlalu dengan sendirinya. Mulai saat ini aku akan pergi menjauh darimu. Ketempat dimana kau tidak akan menemukanku.

Cinta memang sesuatu yang menakjubkan, kau tak perlu mengambilnya dari seseorang untuk diberikan kepada orang lain. Kamu selalu memilki lebih dari cukup untuk kamu berikan kepada orang lain. Aku yakin tanpaku kau akan melalui semua ini dengan penuh kesabaran dan hikmah, meski tak ada aku yang setia menasehatimu. 
*Tulisan ini dibuat bukan untuk maksud tertentu. Sebuah ide nakal yang berada dalam fikiranku, dari pada hanya menjadi sebuah onani gagasan maka aku beranikan untuk menuangkan dalam sebuah tulisan. Catatan tentang Cinta. Cinta pun membutukan alasan yang sesungguhnya. Meski terkadang alasan tidak perlu di ungkapkan, namun dengan bukti yang nyata, itu akan menjadi alasan kenapa cinta harus bersama dan berpisah. 

Yogyakarta, 04 Juni 2013