Sewaktu kecil,
aku selalu mencari Ibu kala teman-teman menyakitiku dan ibu berkata, “ Sudahlah
Nak, tidak mengapa. Besok kamu dan dia akan berteman lagi.”
Sewaktu aku remaja, aku selalu mencari ibu
kala teman-teman mengejek, “Wajahmu jelek dan kamu tidak punya apa-apa. Ibu pun
berkata, “ Sudahlah Nak, tidak mengapa. Kamu adalah gadis tercantik di mata Ibu
karena kamu gadis yang terbaik.”
Sewaktu aku beranjak dewasa, masih saja aku ingin mencari ibu kala tugas-tugas
kuliahku menumpuk aku selalu berharap Ibu berkata, “Sudahlah Nak, kerjakan
dengan sungguh-sungguh. Ibu akan turut mendo’akan. Semoga hasilnya baik, ya.”
Sewaktu aku dewasa, kala jodoh tak kunjung
datang. Tak ada lagi kata-kata dan nasehat Ibu. Dan aku membayangkan Ibu
berkata, “Sabarlah Nak, Allah sedang memilihkan jodoh yang terbaik untukmu. Ibu
akan mendapatkan agar jodohmu segera datang. Ya.”
Bu, do’amu terkabul sekarang aku sudah
menjadi seorang wanita.
Bu, saat ini aku benar-benar jauh darimu. Aku
merasa betapa berat dan mulia tugas seorang ibu.
Bu, tak jarang aku ingin berlari dan segera
memelukmu kala begitu banyak persoalan hidup menghampiri. (Namun semua itu,
selamanya hanya akan menjadi keinginan)
Bu, aku ingin menangis di pangkuanmu
Bu, aku rindu ibu
Masa-masa bersama tinggallah kenangan. Dan
semua itu selalu hidup menyemangatiku
Bu, aku ingin seperti dirimu yang selalu
hadir untuk anak-anakmu. Merasakan suka dan duka bersama. Mencerna kesedihan
yang selalu segera menjadi kebahagiaan
Bu, engkaulah yang mengenalkan aku akan
Allah, Muhammad dan kehidupan
Engkaulah yang mengajarkan padaku untuk
selalu berharap hanya pada Allah karena Dialah yang mengabulkan do’a
Telah aku ukir tegas jejak dimasaku bahwa
engkau yang terindah
Do’aku, semoga engkau berada di istana
keabadian. Tersenyumlah dalam
lelapmu Ibu.
Yogyakarta, 14
Mei 2013
0 komentar:
Posting Komentar