"Janganlah Melihat kepada Keburukkan Seseorang
kerena tidak akan wujud Pengakhirannya tetapi lihatlah kepada Kebaikan yang
akan membolehkan Kita menumpang dan menikmatinya"
Seharusnya aku tidak melihat mu dari sisi
burukmu. Sebenarnya yang aku lihat bukan keburukan, tetapi kebaikan yang di
mataku menjadi sesuatu yang buruk. Pengorbanan yang kamu lakukan untuk
mendapatkan cinta dari ku sungguh luar biasa. Namun aku tak pernah
menghargainya. Sudah 2 tahun kita mengenal dan selama itu juga kamu berusaha
untuk bisa menjadi lelaki yang aku anggap ideal. Walau dia berada jauh dari ku,
dia selalu menyempatkan diri untuk menemuiku. Tapi apa yang sering aku lakukan?
Sangat tidak menghargai usahanya. Aku selalu marah dengan hal kecil yang tidak
aku suka, padahal biasanya dengan orang lain aku tidak semarah itu. Tapi tidak
denganmu. Sesuatu yang sebenarnya bukan kesalahan, tapi aku bilang sama dia: “
Aku tak suka kamu kaya gitu!, Aku jengkel, kamu selalu melakukan kesalahan yang
sama!, Aku cuman pengen tersenyum dan aku pengen bahagia tapi kenapa kamu nggak
bisa buat aku bahagia?”. Padahal dia TIDAK pernah melakukan kesalahan yang
sama, dia TIDAK melakukan hal yang tidak aku suka, dan satu lagi dia sudah
berusaha penuh buat aku bahagia.
Betapa sabarnya kamu
mennghadapiku. Dengan kelakuanku yang sangat tidak baik itu, dia sama sekali tidak
pernah marah padaku. kamu hanya berkata “ Dek, yang sabar. Mas sudah berusaha
dengan maxsimal. Dek, maafin, Mas.” Aku juga pernah melihat dia menangis karena
dia bingung dengan sikapku, yang selalu menyalahkan apa yang dia lakukan. Dia
ke kiri aku marah, dia ke kanan aku marah. Karena dia tak bisa marah kepada ku,
dia luapkan dengan menangis. Betapa tega dan kejamnya diriku. Tak pernah bisa
menghargai usaha orang yang begitu menyanyangiku.
Entahlah, kenapa aku
selalu bersikap seperti itu. Jujur aku sebenarnya tak ingin seperti itu, aku
sadar hal seperti itu menyakiti dia, dan aku sadar tidak sepantasnya seperti
itu. Tapi setiap aku berkomunikasi lewat hp ataupun bertemu langsung sikapku
langsung berubah angkuh, cuek, jutek, judes, pemarah, nggak sabar pokoknya
hal-hal yang jelek. Sebenarnya apa yang terjadi padaku? Kenapa aku selalu
memperlakukanmu dengan tidak sopan, dan tidak sepantasnya aku melakukan hal
buruk padamu.
Aku selalu berusaha untuk
memperbaiki sikapku padamu, ternyata aku bisa bersikap manis di depanmu. Tapi
hal itu tidak berlangsung lama. Setiap kita bertemu entah pada awal atau akhir
pertemuan, aku pasti marah padamu dengan alasan yang selalu tidak jelas. Yang
paling parah dia jauh-jauh untuk menemuiku setelah sampai disini, aku sama
sekali tidak menemuinya.
Aku selalu menyesal
dengan hal yang aku perbuat. Tapi sepertinya penyesalanku tidak bisa merubah
sikap jelekku. Pernah aku sangat menyesal saat kamu bercerita jauh hari setelah
kejadian dan aku minta maaf dengan air mata yang menganak sungai. Saat itu kamu
pulang kerja untuk menemuiku tapi aku marah, lagi lagi dengan alasan yang tidak
rasional. Kamu pulang dengan hati yang sakit dan kecewa, saat itu hujan sangat
deras. Tepat adzan magrib kamu jatuh dari motor karena ada lobang besar di
jalan, hujan deras sehingga air mengenang di lobang. Katamu saat itu sama
sekali tak ada orang yang bisa membantumu, langit sangat gelap dan hujan tak
kunjung reda. Kamu berusaha sekuat tenaga untuk berdiri dan pulang ke rumah.
Penyesalan hanya penyesalan. Setelah kejadian itu aku masih sering marah
padamu.
Ya Allah, kenapa aku
menjadi orang yang paling jahat? Bagaimana caranya aku bisa menghargai
perjuangannya? Bagaimana aku bisa menjadi perempuan yang santun dan manis di
hadapannya? Aku yakin dia akan menjadi suami yang baik. Tapi bagaimana aku?
bisakah aku menjadi istri yang baik untuk dia? Dengan sikapku yang tak pernah
merasa puas atas perngorbanannya, dengan tutur kataku yang kasar saat aku
bercakap dengannya, dan dengan segala kesalahan yang pernah aku perbuat
kepadanya.
Mungkin hanya kata maaf
yang bisa aku tulis karna saat ini aku belum bisa menyampaikan kata maafku yang
tulus untuknya. Meski sikapku seperti ini aku sangat takut kehilanganmu, aku
yakin belum tentu orang yang aku anggap ideal dan baik dia bisa menerima aku
apa adanya, bisa menerima kekuranganku dan bisa sabar menghadapi kegilaanku.
Saat aku membaca Al-Qur’an aku temui ayat yang berarti "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat
buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. " (Al-Baqarah : 216) .
mungkinkah semua yang terjadi padaku sama dengan yang di maksut ayat tersebut?
Rasanya aku tak pantas
untuk mendampingi lelaki yang sudah banyak berkorban untukku. Dia terlalu baik
untukku, sedang aku? Sungguh ini tak adil untuknya. Kenapa harus aku yang dia
cintai? Aku yang saat ini baru berusaha untuk mecintainya dan menghargai segala
pengorbanannya.
Ya Allah, jika memang dia
jodohku, maka dekatkanlah dia padaku, dan biarkan aku bisa menerima dia apa adanya.
Aku ingin sekali menjadi perempuan yang bisa membahagiakan dia. Aku sangat
berharap kamulah yang akan menjadi imam sholatku dan anak-anak kita kelak.
MAAFKAN AKU…
Saat seperti ini baru aku
merasakan kehilangan yang amat menyakitkan. Dan baru sekarang aku merasakan
kesakitan karena cinta. Karena kesalahanku aku kehilangan lelaki baik spertimu.
Sungguh aku mencintaimu, namun aku tak bisa memaksamu untuk tinggal lebih lama
didalam hatiku. Aku tak bisa memaksamu untuk melanjutkan hubungan kita ini.
Hanya satu kata MAAF.
MAAFKAN AKU, SALAHKU.
Yogyakarta, 31 Maret 2013
0 komentar:
Posting Komentar